Syukur, apakah yang
terbesit dalam pikiran Anda dari kata ini? Mungkin yang pertama kali kita pikirkan
bahwa syukur adalah ucapan kita “alhamdu lillah” itulah wujud syukur kita yang
mendasar. Hanya demikiankah syukur yang sesungguhnya? Tentu bukan, cakupan
syukur sangat luas dan ucapan seperti itu tadi merupakan satu bentuk kecil
dalam mengekspresikan rasa syukur kita. Kita bahasakan secara sederhananya
saja, syukur adalah rasa terimakasih atau lebih tepatnya balas budi.
Apapun yang telah
kita terima merupakan pemberianNya sebagai nikmat. Menekan pada kata ‘apapun’
dengan sebagai bandingan kata mutlak, segala yang diberiNya yang baik maupun buruk menurut kita., dan ataupun jika merupakan sebuah
ujian. Maka semuanya termasuk nikmat yang harus kita syukuri. Jangan katakan
ketika mendapat kebahagiaan saja kita bersyukur melainkan kala kita mendapat
ujian kesedihanpun kita harus tetap mensyukurinya. Pasalnya Tuhan menciptakan
ujian untuk hambaNya semata agar dia lebih dekat kepadaNya.
Kita misalkan saja
ketika mendapatkan bencana alam seperti tsunami, sehingga seakan orang-orang di
sekitar kita merasa dunianya telah berakhir tanpa harapan sama sekali sedangkan
kita saat itu selamat dengan kesempatan untuk terus melanjutkan hidup.
Seharusnya menanggapi hal demikian sikap yang tepat adalah kita tetap bersyukur
mengingat bahwa kita masih diberikan
kesempatan sehingga bisa terus beribadah dan meraih ridha yang tinggi. Itu berarti
Allah menginginkan dan mengizinkan kita agar bisa lebih dekat kepadaNya.
Takkan lupa juga
kita akan firman Allah bahwa yang bersyukur
pasti akan ditambahkan nikmatnya. Sungguh sebuah ayat yang menjadi
senjata pamungkas bagi para muballigh dengan segala ucapannya yang seakan
benar-benar memahami maksud Allah. “Ya… cukuplah dengan mengucapkan
Alhamdulillah, nikmat kita pasti akan bertambah kok” enak tho? Mantep tho?.
Substansi syukur
sebenarnya adalah ketika kita menimbulkan perasaan untuk mengapresiasi apa yang
telah Allah berikan. Apresiasi awal kita berbentuk ucapan lidah dan selanjutnya
penghargaan kita terhadap nikmat itu dengan menggunakan apa yang diberikanNya sebaik
mungkin di jalan Allah. Syukur bukanlah hanya menyangkut hubungan vertikal kita
dengan Allah, tapi juga berhubungan horisontal sesama manusia. Mengingat satu
makalah “man lam yasykurinnas lam yasykurillah” ketika dibantu oleh
orang lain tindakan pertama kita adalah mengucapkan terimakasih dan atau
kemudian kita akan membalas kebaikan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar